Sabtu, 07 April 2012

TEORI HEDERITAS DAN MELLUE ( TABULARASA, NATIVISME, BEHAVIORISME, KONVERGENSI DAN FITRAH)




HEREDITAS
Hereditas berarati penurunan sifat-sifat genetik dari orang tua ke anak. Ilmu yang mempelajari tentang hereditas disebut genetika.Mendel adalah tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hukum-hukum hereditas atau pewarisan sifat. Nama lengkap mendel adalah Gregor Johann Mendel (1822-1884),tanggal 22 Juli 1822 dan diangkat sebagai pastor di Bruun (Austria) pada tanggal 4 Agustus 1847.Pendapat Mendel baru diperhatikan kembali pada tahun 1900 oleh De Vries(Belanda),Correns(Jerman) dan T.S. Chermak(Austria) yang bekerja sendiri-sendiri di negaranya masing-masing.Sebelum maupun terbitnya buku mendel(1866), banyak yang dikemukakan teori hukum pewarisan sifat yang dikemukakan, antara lain sebagai berikut:
1.Teori Darah
2.Teori Preformasi
3.Teori Epigenesis
4.Teori Pangegenesis
5.Teori Heckel.

FITRAH
Fitrah adalah sesuatu yang telah menjadi bawaannya sejak lahir. Fitrah manusia yaitu mempercayai dan mengakui Allah sebagai Tuhannya. Konsep fitrah tersebut merupakan citra unik yang dimiliki manusia, yang mana menjadi landaan bagi konstruksi psikologi Islam.
Secara etimologi, fitrah berarti penciptaan atau “terbukanya sesuatu dan melahirkannya”. Sedangkan menurut makna nasabi (pemahaman dari beberapa ayat dan hadits nabi), fitrah dapat diartikan sebagai berikut : al-thuhr (suci), al-din al-islamiy (potensi ber-Islam), Tauhid Allah (mengakui keesaan Allah), al-salamah (kondisi selamat) dll.
Berdasarkan makna etimologi dan nasabi maka dapat disimpulkan bahwa secara terminologi fitrah adalah citra asli yang dinamis yang terdapat pada sistem-sistem psikofisik manusia, dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk tingkah laku.
Ada beberapa pendapat tentang fitrah manusia yaitu :
1.      Pandangan Fatalis
Pandangan fatalis mempercayai bahwa setiap individu, melalui ketetapan Allah Azza wa jalla adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. (Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia : seri psikologi islami)
Ibnu Mubarak sebagai tokoh utama pandangan ini menafsirkan suatu hadits bahwa anak-anak orang-orang musyrik terlahir dalam keadaan kufur atau iman (Yasien Mohamed, Insan yang suci : Konsep Fitrah Islam, penterjemah : Masyhur Abadi). Adapun syaikh Abdul Qodir Jailani, tokoh populer pandangan ini mengungkapkan bahwa seorang pendosa akan masuk surga jika hal itu menjadi nasibnya yang telah ditentukan Allah Azza wa jalla sebelumnya.
2.      Pandangan Netral
Ulama yang paling representatif yang menganut pandangan netral ini adalah Ibn ‘Abd Al-Barr. Ia memandang keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun pada saat kelahiran ini suatu kondisi “kosong” yang suci, suatu keadaan sempurna atau utuh, tetapi kosong dari suatu esensi yang baik atau yang jahat. Menurut pandangan ini, iman (kebaikan) atau kufur (keburukan) hanya mewujud ketika anak tersebut mencapai kedewasaan (taklif). Setelah mencapai taklif, seseorang menjadi bertanggung jawab atas perbuatannya.
3.      Pandangan Positif
Tokoh pandangan positif ini yaitu Ibnu Taimiyyah, Ibu Qayyim al-jauziyah (klasik), Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mufti Muhammad Syafi’i dll.
Menurut Ibnu Taimiyyah semua anak terlahir dalam keadaan fitrah; dalam suatu keadaan kebajikan bawaan dan lingkungan sosial itulah yang menyebabkan seorang individu menyimpang dari keadaan ini.
Menurut sayyid Quthb, dua pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai dua kecenderungan yang setara pada manusia (kecenderungan untuk mengikuti Tuhan atau kecenderungan untuk tersesat)
Begitupun Shari’ati berpandangan bahwa manusia adalah berdimensi-ganda dengan sifat dasar ganda, suatu susunan dari dua kekuatan, bukan saja berbeda, tetapi juga berlawanan. Yang satu cenderung turun pada materi dan yang lain cenderung naik pada Ruh suci (ciptaan)Allah.
Fitrah dan citra manusia adalah sebuah implikasi psikologis, karena manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang cenderung menganut agama yang lurus. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengenal Tuhan, berpihak pada kebenaran, berbuat kebajikaFitrah diungkap dalam Al-qur’an sebanyak 20 kali yang tergelar di dalam 17 surat, antara lain yang terdapat dalam surat Ar-rum ayat 30 yang artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya.
Firman tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT menurut fitrahnya. Fitrah ini merupakan citra manusia yang penciptaannya tidak ada perubahan, sebab jika berubah maka eksistensi manusia menjadi hilang. Namun secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.
Dengan adanya fitrah, maka manusia dapat memilih dan memilah antara kebenaran dan kesalahan serta antara kebaikan dan keburukan.
Adapun yang dimaksud citra di sini adalah gambaran tentang diri manusia yang berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi yang merupakan sunnatullah yang dibawa sejak ia dilahirkan.
Dalam diri manusia terdapat potensi yang positif dan juga negatif. Adapun potensi atau segi positifnya antara lain adalah :
a.       Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.
b.      Manusia mempunyai kapasitas intelegensi yang paling tinggi dibandingkan dengan semua makhluk yang lain.
c.       Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan.
d.      Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat.
e.       Manusia tidaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja.
Sedangkan dari segi negatifnya, Al-qur’an telah menyatakan dalam beberapa ayat yaitu bahwa manusia itu keji dan bodoh. Adapun ayat tersebut antara lain terdapat dalam Q.S. Al-Ahzab : 72 yang artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Selain itu, manusia digambarkan sebagai makhluk ganda, setengah dipuji dan setengah dikutuk; tetapi mereka tidak dipuji/dikutuk karena sifat ganda tersebut. Ayat-ayat tertentu dalam Al-qur’an secara terang membedakan antara manusia terpuji dengan manusia tercela. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia yang tidak beriman kepada Allah itu bukanlah manusia sejati. sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-‘Asryang artinya : Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.
Adapun citra manusia dalam psikologi Islam dapat disederhanakan sbb
a)    Manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti membawa potensi suci, ber-Islam, bertauhid dan menjadi khalifah di muka bumi.
b)   Manusia memiliki ruh yang berasal dari Tuhan yang mana menjadi esensi kehidupan manusia.
c)    Bahwa pusat tingkah laku manusia adalah kalbu, bukan otak atau jasad manusia; manusia memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti pengetahuan intuitif dalam bentuk wahyu dan ilham; serta tingkat kepribadian manusia tidak hanya sampai pada humanitas atau sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam)
NATIVISME
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhaver dan dianut oleh prof Heyman, Etimologis, nativisme, berasal dari perkataan nativus yang artinya pembawaan. Menurut aliran ini pendidikan tidak mungkin atau pendidikan itu tidak dapat mempengaruhi perkembangan manusia atau manusia tidak dapat di didik, karena perkembangan manusia ditentukan oleh nativusnya atau pembawaannya, Manusia lahir dengan pembawaan yang sama sekali tidak dapat di rubah oleh pendidikan.
Golongan naturalisme yang dipelopori oleh JJ Rouseau seorang ahli pendidikan bangsa perancis juga mempunyai pendapat yang hampir sama. Menurut aliran ini mendidik itu dikerjakan oleh tangan-tangan manusia itu justru dapat merusak perkembangan anak secara wajar atau natural.
EMPIRISME
Empirisme berasal dari perkataan empiria yang artinya berlawanan dengan aliran nativisme. Tokohnya antara lain John Locke, seorang ahli psycholog dan paedagoog bangsa inggris. Ia berpendapat bahwa manusia lahir dengan jiwa yang masih kosong dan jiwa ini terisi ole hide-ide atau pengertian-pengertian karena terpengaruh dari luar melalui proses psichologis sensation dan reflextion. Sensation artinya pengalaman (empiri) yang ditangkap oleh indra kita, reflextion artinya pengolahan hasil kesan indera tadi di dalam jiwa kita.
Locke berpendapat bahwa anak yang baru lahir itu ibarat kertas putih dan pendidik dapat membuat coretan di atas kertas tadi menurut kehendaknya.. tabularasa (meja dilapis lilin yang digunakan  untuk menuli bangsa yunani).
KONVERGENSI
Teori konvergensi di kemukakan oleh willion stren. Ia tidak setuju dengan pendapat nativisme dan empirisme yang berat sebelah tadi. Kebenaran terletak ditengah-tengah antara kedua pendapat ekstrim tersebut. Perkembangan manusia adalah perpaduan kerjasama konvergensi antara faktor bakat dan faktor alam sekitarnya. Mereka tidak memungkiri bakat manusia, tetapi mereka juga tidak memungkiri kekuasaan pendidikan dan lingkungan lainnya terhadap perkembangan individu. Mereka percaya pada pembawaan atau potensi berkembang yang dibawa manusia sejak lahir. tetapi potensi yang masih diam tadi memerlukan perangsang dari luar untuk bangun dan berkembang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar